Jumat, 11 Mei 2012

AQIDAH ISLAMIYAH



Pengertian

Secara bahasa, aqidah berasal dari kata ‘aqoda ya’qidu/’uqdatan/wa’aqidatan, yang berarti ikatan (al-rabthu), janji (al-‘ahdu), keyakinan yang mantap (al-jazmu)

Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh jiwa dan hati merasa tenang karenanya serta menjadi suatu keyakinan bagi pemiliknya yang tidak dicampuri keraguan sedikitpun.

Aqidah Islamiyah bersumber pada Al Quran dan As Sunnah/Al Hadits. Oleh sebab itu, segala bentuk amal ibadah wajib berdasarkan kepada Al Quran dan Hadits. Barang siapa melakukan amal ibadah yang tidak sesuai atau tidak terdapat di dalam Al Quran ataupun Al Hadits, maka amal ibadahnya akan tertolak, dan boleh jadi hanya akan menimbulkan murka Allah swt.

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan tanpa dasar perintah Kami, maka ia tertolak” (HR. Muslim)



Dasar-Dasar Aqidah Islamiyah

“Islam itu didirikan di atas lima dasar; bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan Muhammad itu utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan”. (HR. Bukhari – Muslim)

Setiap bangunan pastilah memilik dasar atau pondasi awal. Semakin tinggi, semakin megah, semakin besar suatu bangunan, maka tentunya ia membutuhkan pondasi yang semakin kuat. Itulah pentingnya mengokohkan Rukun Iman di dalam hati setiap umat muslim yang beriman, karena rukun iman adalah basic atau pondasi yang akan menentukan kekokohan bangunannya, yaitu bangunan Islam. Bangunan islam yang sudah tertanam dalam diri seseorang tentunya akan mudah diluluhlantahkan oleh berbagai ujian yang senantiasa menghadang dan mendatangi seseorang yang mengaku beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

1. Iman kepada allah swt

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

2. Iman kepada malaikat

Firman Allah swt:

“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 97-98)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.”” (QS. Al Baqarah : 285)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

3. Iman kepada kitab-kitab Allah swt

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

4. Iman kepada Rasul

Firman Allah swt:

“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 98)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

5. Iman kepada hari akhir

Firman Allah swt:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa : 136)

6. Iman kepada Qadha dan Qadar

“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al Furqaan : 2)



Peranan Aqidah Islamiyah

1. Merdeka atau lepas dari segala bentuk penghambaan diri kepada segala bentuk thagut (sesembahan selain Allah swt).

Seseorang yang memiliki aqidah yang mantap tidak akan menyisakan sedikitpun ruang di dalam hatinya untuk yang lain, kecuali hanya Allah swt semata. Dasar pemikiran dan pijakan kakinya senantiasa disesuaikan dengan apa yang menjadi ajaran Al Quran dan hadits. Langkah, arah dan tujuan setiap nafas hidupnya hanyalah kepada Allah swt, untuk mendapatkan keridhoan-Nya semata berdasarkan contoh yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Hanya karena Allah swt-lah awal dan akhirnya.

Firman Allah swt:

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah.” (Ibrahim berkata): “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al Mumtahanah : 4)

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kafiruun : 1-5)

2. Memperoleh kemuliaan atau harga diri (‘izzah)

Karena sesungguhkan kemulian yang hakiki itu hanyalah kemuliaan di hadapan Allah swt semata. Tidak tidak ada satu makhluk pun yang berhak dan mampu memberikan kemuliaan kecuali Allah Yang Maha Meninggikan. Demikian pula sebaliknya, tidak ada satu makhluk pun yang berhak dan mampu untuk memberikan kehinaan, melainkan hanya atas kehendak Allah swt semata. Allah-lah yang akan meangkat dan menjatuhkan derajat seseorang baik di dunia maupun di akhirat kelak.

”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.QS. Al Imraan: 26-27

“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (QS. Al Munaafiquun : 8)

3. Memberikan ketenangan (at-thuma’ninah)

Ketenteraman atau ketenangan merupakan satu perasaan hati, perasaan jiwa yang senantiasa setiap orang pasti menginginkannya. Untuk itu, kebanyakan manusia pun berlomba-lomba mengumpulkan uang dan menumpuk harta, bersaing memperoleh jabatan dan berharap dengan semua itu ia akan memperoleh kenangan atau ketenteraman hidup.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ketenangan atau ketenteraman itu hanyalah milih Allah dan hanya dari Allah-lah ketenangan itu dapat kita mohon. Semakin seseoran kaya akan harta dunia, maka semakin beratlah beban hidup di dunia dan di akhiratnya. Di dunia perasaannya senantiasa dikejar-kejar rasa takut akan kehilangan harta bendanya, dan di akhirat perhitungan (hisab) Allah pun tidak akan pernah dapat diperdaya. Semakin banyak harta benda kita, maka semakin beratlah hisab yang akan kita jalani.

Semakin tinggi jabatan yang kita miliki, maka semakin beratlah tanggung jawab dan pertanggung jawaban yang kita pikul di dunia dan di akhirat kelak. Rasa was-was akan lengsernya jabatan atau bahkan ketidak puasan untuk terus mendapatkan jabatan yang lebih tinggi pun senantiasa mengikuti.

Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah-lah Yang Maha Membolak-balikkan hati.

Firman Allah swt:

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar Ra’du : 28)

4. Memberikan rasa aman (al-ammu)

Seberapapun jumlah staf keamanan dan alat keamanan dengan teknologi tercanggih kita miliki, rasa aman itu tidaklah akan menjadi miliki kita seandainya Allah swt memang tidak memberikan rasa aman itu kepada kita. Justru dengan banyaknya staf keamanan dan alat keamanan dengan teknologi yang luar biasa canggih itulah yang membuktikan bahwa rasa aman semakin tidak kita miliki.

Seseorang yang memiliki aqidah yang kokoh akan senantiasa merasa aman bagaimanapun keadaannya di dunia. Karena ia yakin, bahwa tidak akan ada kemudharatan yang akan menimpanya kecuali atas kehendak Allah swt. Sebaliknya, tidak akan ada pula kemasalahatanatau keberkahan yang akan sampai kepadanya kecuali dengan kehendak Allah swt pula. Dan keberkahan itu hanyalah milik orang-orang beriman yang senantiasa ridha kepada Allah swt.

Firman Allah swt:

“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.” (QS. Al An’aam : 28)

5. Menimbulkan sifat optimis (at-tafaul)

Sifat optimis adalah salah satu tanda bahwa dalam diri seorang muslim itu telah tertanam keimanan yang mantab kepada Allah swt. Ia yakin akan Qadha dan Qadar yang Allah tetapkan atas setiap makhluk-Nya. Dan ia yakin bahwa tidak ada yang akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendirilah yang merubahnya. Dan Allah tidak akan membebani umatnya melebihi batas kemampuannya. Dengan kata lain, seorang muslim yang memiliki aqidah yang kokoh senantiasa yakin bahwa Allah swt senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya yang beriman kepada-Nya.

Firman Allah swt:

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)

6. Memperoleh barakah (al-barakah)

Seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan keburukan (mudharat) maka niscaya tidak akan ada yang mampu memberikan keburukan (mudaharat) itu melainkan atas kehendak Allah swt. Dan seandainya seluruh makhluk di langit dan di bumi bersatu untuk menimpakan kebaikan (barakah) maka niscaya tidak akan ada yang mampu memberikan kebaikan (barakah) itu melainkan atas izin Allah swt. Itulah yang menjadi prinsip seseorang yang telah memiliki aqidah Islamiyah yang mantab.

Firman Allah swt:

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raaf : 96)

7. Menimbulkan sikap berani (asy-syaja’ah)

Bagi pemilik aqidah Islamiyah yang kokoh, maka tidak ada yang patut untuk ditakuti kecuali Allah swt semata. Tidak ada yang lebih patut untuk di ambil dan diterapkan kecuali perintah Allah swt. Dan tidak ada yang patut untuk dijauhi kecuali larangan Allah swt. Dan tidak ada pula yang patut ditakuti kecuali membangkang dari perintah dan atau larangan Allah swt.

Firman Allah swt:

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah : 40)

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS. Fushshilat : 3)

8. Mendapatkan kepemimpinan (al-istikhlaaf)

Jiwa kepemimpinan senantiasa bersemayam dalam jiwa seorang muslim. Dengan kekokohan aqidah itulah jiwa kepemimpinan itu semakin mantab karena diarahkan berdasarkan petunjuk Allah swt dan ditujukan hanya untuk mendapatkan keridhoan dari Allah swt. Kekokohan aqidah yang melahirkan keyakianan bahwa segala amal perbuatan setiap manusia akan dimintai pertanggung jawabannya itulah yang kemudian menghujamkan sifat kepemimpinan sejati di dalam kehidupan umat muslim sejati.

Firman Allah swt:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur : 55)

9. Senantiasa bertawakal kepada Allah swt

Tawakal atau berserah diri kepada Allah sudah pasti menjadi naungan setiap muslim. Yakin kepada Allah swt yang akan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah hidupanya. Nikmat yang Allah swt berikan senantiasa disyukuri. Dan sebaliknya, musibah yang menimpa menjadi penghisab dosa-dosa. Senantiasa berbaik sangka kepada Allah swt. Senantiasa hanya berharap kepada Allah swt, bukan kepada yang lain.

Firman Allah swt:

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali Imraan : 173)



*************************************************************************



“dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya” QS. An Nuur: 39

”orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti Abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” QS. Ibrahim: 18



RUJUKAN


Al Quran


Al Hadits


Kelompok Studi Islam Al Ummah. 1999. AQIDAH SEORANG MUSLIM. Jakarta: Yayasan AN Nizhom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar