Minggu, 29 April 2012

Esensi Pendidikan Islam



Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari Kiamat adalah hilangnya ilmu dan meluasnya kebodohan."

Hadits ini menunjukkan bahwa dengan hilangnya ilmu pengetahuan, umur dunia semakin mendekati akhirnya. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa ilmu itu adalah suatu hal yang penting, karena ilmu adalah keperluan mendasar manusia. Ilmu yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah ilmu Islam. Ilmu Islam mempunyai kedududkan yang penting untuk memahami agama. Begitu juga ilmu pengetahuan yang lain karena ada persamaannya yaitu sama-sama diperlukan dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda: "Seorang imam(pemimpin) adalah bagaikan pengembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya."(H.R. Ahmad, Syaikhan, Tirmidzi, Abu Dawud, dari Ibnu Umar).

Pendidikan adalah kebutuhan mendasar bagi setiap umat manusia. Pendidikan bukan hanya sebagai kebutuhan sampingan, karena tanpa adanya pendidikan martabat manusia tidak akan menjadi mulia. Dengan demikian salah satu kewajiban seorang pemimpin dalam sebuah negara adalah memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya melalui pendidikan ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh setiap individu dalam setiap bidang kehidupan, dengan cara menyediakan sekolah baik dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi.

Allah menciptakan manusia di dunia disertai dengan segala panduannya, termasuk dalam sistem pendidikan. Dalam pandangan islam, bersekolah atau menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban. Hendaknya ditanamkan pada anak didik bahwa belajar atau menuntut ilmu hukumnya wajib, jika dilakukan akan mendapat pahala dan derajat yang tinggi, dan kalo tidak dilakukan berarti dosa. Hal ini kebanyakan tidak dipikirkan oleh masyarakat sekuler saat ini.

Beberapa abad silam pendidikan umat islam amat maju. Telah diketahui bahwa peletak dasar science modern adalah pemikir dan ilmuwan muslim. Mengapa dulu, pada semasa khalifah umar bin abdul aziz umat islam ulamanya ahli dibidang science dan sekaligus menjadi ahli agama? Kalau ditelusuri jawabnya adalah tidak ada sekulerisasi antara agama dan science.

Para ilmuwan waktu itu berlomba-lomba mencapai derajat yang tinggi karena didorong oleh keyakinan, bahwa barang siapa menuntut ilmu, Allah akan meninggikan derajatnya. Di samping itu pemimpin sebuah negara (khalifah) sadar bahwa memberikan sarana agar rakyatnya dapat melakukan kewajiban menuntut ilmu merupakan tanggung jawabnya. Khalifah banyak mendirikan perpustakaan diberbagai tempat yang bisa diakses oleh masyarakat luas. Sekolah-sekolah digratiskan, usia sekolah tidak dibatasi, guru atau ulama digaji tinggi, bahkan konon seorang ulama dihadiahi emas seberat buku yang berhasil ditulisnya. Dalam proses belajar mengajar siswa tidak dibebani harus ujian pada waktu yang telah ditentukan, tetapi siswa diberi kesempatan sampai benar-benar menguasai materi pelajaran dan jika telah siap maka siswa menghadap guru untuk diuji secara lisan.

Akankah pendidikan Islam di masa mendatang melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak saja handal dalam bidangnya masing-masing, tetapi sekaligus menjadi manusia-manusia saleh yang akan bermanfaat bagi syiar agama dan kehidupan manusia di dunia ini ? Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar